Iamenilai, aksi pawang hujan yang dipercayakan lansung oleh para pejabat merupakan suatu hal yang tak seharusnya dilakukan. Menurutnya, pawang hujan tampak diberi panggung yang begitu istimewa. Baca Juga: Pawang Hujan MotoGP Mandalika 2022, Mbak Rara Sebut Ada AC di Langit "Bapak-bapak yang terhormat, yang terhormat bapak Erick Thohir, luar biasa sebagai menteri BUMN dahsyat pak, saya
Oleh M. Faiz Nasir* Tradisi nyarang hujan, yakni meminta bantuan pawang hujan dalam rangka ikhtiar agar tidak hujan. Hal ini biasanya dilakukan ketika ada hajatan atau kegiatan tertentu agar hujan tidak turun ketika acara berlangsung. Istilah "Pawang" identik "pengendali", namun praktiknya pawang hujan bukanlah pengendali Jika meyakini pawang hujan sebagai pengendali hujan, maka tidak dibenarkan dalam Islam. Perlu dipahami, posisi pawang sebagai hamba harus serius dalam bermunajat dan beristighotsah kepada Allah SWT yang kita yakini sebagai Dzat Maha Kuasa mengendalikan dan menghentikan hujan, keseriusan permohonan pertolongan ini diajarkan oleh Rasulullah SAW, dalam satu riwayat عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَعَا دَعَا ثَلاثًا ، وَإِذَا سَأَلَ سَأَلَ ثَلاثًا Artinya Diriwayatkan dari Ibn Mas'ud RA, ia berkata Nabi SAW jika berdoa kepada Allah SWT maka berdoa tiga kali, jika memohon kepada Allah SWT maka memohon tiga kali. Lalu bagaimana hukum menyewa pawang hujan? Jika menyewa pawang hujan dengan diniati karena kemampuannya dalam mengendalikan hujan, maka akad semacam demikian termasuk akad yang gharar spekulatif. Dengan demikian akad sewanya menjadi fasidah/akad yang rusak karena ini hak prerogatif Allah SWT. Namun jika pawang hujan disewa karena kemampuan membaca doa dan memohon agar hujan agar hujan tidak turun. Hal ini sah hukumnya dalam fiqih, sebagaimana menyewa orang agar membaca Al-Qur'an di makam orang tertentu dengan niat pahalanya disampaikan kepada ahli kubur atau menyewa orang agar mengajarkan Al-Qur'an. Pembacaan Al-Qur'an semacam ini jelas manfaatnya, sebagaimana doa memohon tidak hujan. فرع من هذا النوع، الاستئجار لتعليم القرآن، فليعين السورة والآيات التي يعلمها -الى ان قال- وقيل لا يشترط تعيين واحد منها Artinya Cabang dari bagian cabang ini adalah menyewa jasa untuk mengajarkan Al-Qur'an, maka tentukanlah surat dan ayat-ayat yang akan diajarkannya, sebagian yang lain mengatakan tidak harus menentukan keduanya. Raudlatul al-Thalibin, juz 4, halaman 264 Doa apa yang dibaca oleh para pawang hujan? Jika doa atau mantra yang dibaca mengandung kesyirikan, maka tidak dapat dibenarkan. Namun jika doa yang dibaca bersumber dari Al-Qur'an dan hadits atau salafusshalih, maka hukumnya boleh. Bahkan bisa menjadi keharusan demi kemaslahatan hajatan atau acara yang dianggap penting menurut syara, seperti contoh yang dilakukan sebagian pawang hujan يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ Artinya Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit hujan berhentilah," dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi. Surat Nuh, 44 Potongan ayat ini, jika dilihat dari asbab nuzulnya merupakan doa Nabi Nuh yang memohon keselamatan dari marabahaya banjir yang sedang terjadi. Hal tersebut juga pernah dilakukan Rasulullah SAW semasa hidupnya sebagaimana diterangkan dalam Sahih Bukhari yang diriwayatkan oleh Anas. Bahwa suatu ketika, Nabi pernah berdoa اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا ، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ ، وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ Artinya Ya Allah turunkan hujan ini di sekitar kami jangan di atas kami. Ya Allah curahkanlah hujan ini di atas bukit-bukit, di hutan-hutan lebat, di gunung-gunung kecil, di lembah-lembah, dan tempat-tempat tumbuhnya pepohonan. Hadits Riwayat Bukhari dan Imam Muslim. Selain berdoa langsung terkadang juga ada tata cara yang diajarkan oleh para salafusshalih seperti melemparkan kerikil ke setiap penjuru, mengumandangkan adzan oleh anak yang belum baligh dan lain sebagainya. Semuanya itu ada sandaran hujjah yang bisa dipertanggung jawabnya secara ilmiah. Misal, kenapa harus anak kecil yang belum baligh, berbagai keterangan para ulama kalau masih kecil jauh dari dosa dan dengan demikian peluang dikabulkannya doa lebih besar. Bahkan sebagian ulama mengatakan Jika ingin seperti wali ikuti tawakkalnya anak kecil yang tidak pernah memikirkan apa yang akan dimakan di hari esok.. Wallahu a'lam Pondok Pesantren Al-Majidi Selodakon Tanggul Jember, Pengurus Cabang PC Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama LDNU Jember.
PERANKITA ORANG KEKRISTENAN DALAM MENJAGA KEBHINEKATUNGGAL IKAAN. Perlu semua orang sadari bahwa Kekristenan itu pun sama dengan banyak Agama lain,
Seorang perempuan yang merupakan pawang hujan tampak berjalan di sekitar paddock sambil memukul bejana perunggu kecil yang dipegangnya. Foto - Salam Sedulur... Hujan deras tiba-tiba menguyur Mandalika International Street Circuit, Ahad 20/3/2022, seorang pawang hujan pun turun tangan untuk menghentikan derasnya hujan. Namun, dalam ajaran Islam, seperti yang disampaikan Buya Yahya dan Ustadz Abdul Somad UAS, menggunakan jasa pawang hujan dilarang dalam Islam dan hukumnya haram alias syirik. Padahal, Rasulullah sudah mengajarkan cara agar hujan tidak berawal ketika di zaman Rasulullah hujan deras turun tak berhenti-henti. Umat Islam yang hampir putus asa karena air mengakibatkan stok makanan busuk dan akses jalan terputus mendapatkan berita gembira dari JUGA Sirkuit Mandalika Gunakan Pawang Hujan, Bagaimana Hukumnya dalam Islam? Scroll untuk membaca Scroll untuk membaca Rasulullah mengajarkan umat Islam berdoa kepada Allah untuk memohon agar hujan tidak merusak. اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَArab-latin Allahumma haawalaina wa laa 'alaina. Allahumma 'alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari. HR Bukhari dan Muslim.Artinya Ya Allah, turunkan lah hujan di sekitar kami, bukan yang untuk merusak kami. Ya Allah, turukan lah hujan ke dataran tinggi, sebagian anak bukit, perut lembah, dan beberapa tanah yang menumbuhkan JUGA Humor Gus Dur Cara Bikin Rakyat Bahagia Itu Lempar Presiden dari Pesawat Dalam Surah Hud ayat 44 dijelaskan menurunkan hujan dan menahannya adalah kuasa Allah sehingga tidak ada keraguan di dalamnya. Atas izin Allah SWT hujan berhenti sehingga kaum yang ikut Nabi Nuh AS selamat, sedangkan golongan kafir tewas يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ ۖ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَArab-latin Wa qīla yā arḍubla'ī mā`aki wa yā samā`u aqli'ī wa gīḍal-mā`u wa quḍiyal-amru wastawat 'alal-jụdiyyi wa qīla bu'dal lil-qaumiẓ-ẓālimīnArtinya Dan difirmankan "Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit hujan berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan "Binasalah orang-orang yang zalim."JANGAN LEWATKAN ARTIKEL MENARIK LAINNYA> Humor Gus Dur Gara-Gara Dikirimi PSK, Gus Dur Terpaksa Tidur di Sofa > Tak Hanya Mandalika, Balapan MotoGP di Sentul 1996 Juga Pernah Gunakan Pawang Hujan> Pendeta Saifuddin Minta 300 Ayat Alquran Dihapus, Ahmad Dhani Cukup Ahok Pionir Penista Agama > Sujiwo Tejo Indonesia Mayoritas Muslim Kenapa Harus Ada Logo Halal, Tapi Enggak Ada Logo Haram?> Humor Gus Dur Presiden Israel Tertawa Topi Yahudi Disebut BH yang Dibelah Dua > Setelah Wayang, Kini Nasi Padang yang Diharamkan> Humor Gus Dur Ormas Gak Jadi Bubarkan Pengajian Gus Dur karena Takut Kualat> Humor Gus Dur OPM Kibarkan Bendera Bintang Kejora, Anggap Saja Umbul-Umbul Sepak Bola> Humor Gus Dur Cak Nun Batal Temani Soeharto Tobat Gara-Gara Dikerjain Gus DurTONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA.Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA. pawang pawangmandalika pawanghujan mandali doaalihkanhujan rasulullah pawanghujandalamislam sirkuitmandalika doa-hujan-r KhalidBasalamah menyatakan bahwa biarlah hujan karena rahmat dari Allah. Kalau hujan bisa pakai tenda atau masuk ke ruangan. Jika tidak bisa ditunda acaranya ke hari lain. Ustaz yang sempat membuat heboh dengan pernyataan terkait wayang itu juga mengatakan jika pawang hujan melakukan ritual dengan berbagai cara yang terkait dengan jin. « 1 2 3 » – Guyuran hujan yang membasahi sirkuit MotoGP Mandalika, 20 Maret 2022, sempat membuat proses balap ditunda. Kedatangan dan aksi Mbak Rara yang berperan sebagai pawang hujan menjadi perhatian banyak orang, baik yang berada dalam area balap, maupun para penonton yang menyaksikan melalui berbagai macam platform berita. Siapa menyana, yang dilakukan oleh Mbak Rara ternyata disinyalir ampuh menghentikan derasnya hujan dalam waktu yang relatif tidak lama. Tentunya, hal ini kemudian menjadi objek perdebatan para netizen yang berkata dengan kontotasi negatif seperti “musyrik,” karena dianggap menyekutukan Tuhan; ada juga yang berkata ,“zaman teknologi serba canggih, masih ada saja yang masih menggunakan cara primitif.” Namun tidak sedikit pula yang memberikan komentar-komentar positif dengan mengatakan, “Inilah Indonesia, keberagaman yang menjadikannya istimewa.” Ya, semua orang tentunya memiliki pandangan masing-masing terhadap apa yang terjadi, dan itu semua tidak terlepas dari pengalaman dan pengetahuan yang mereka sini saya ingin memberikan dua sudut pandang untuk memahami fenomena ini, yakni sudut pandang dari perspektif antropologi, dan perspektif teologi. Dari perspektif antropologi, saya menuqil dari pernyataan Kak Dicky Senda, sastrawan dan juga Founder dalam story instagram miliknya. Di sana ia dengan sangat apik menuliskan bagaimana ritual pawang hujan ini adalah bagian dari warisan para leluhur yang sarat akan nilai menghakimi fenomena ini sebagai perbuatan bersekutu dengan setan, Kak Dicky menjelaskan bahwa sesungguhnya ada hal lain yang luput dari pengetahuan orang awam, yakni tentang bagaimana masyarakat adat memiliki kedekatan dan keterikatan dengan alam semesta. Faktor inilah yang tidak dilihat orang dan tentunya menjadikan hal tersebut menjadi sulit dimengerti dan diterima oleh pengalamannya selama 6 tahun bekerja mengarsip pengetahuan adat di pegunungan Mollo, Timor, di sana terdapat pengetahuan yang membahas tentang pawang hujan atau hubungan dengan hujan. Terdapat marga-marga masyarakat di Mollo yang memiliki lambang hujan, angin, bahkan petir, dan mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikan fenomena-fenomena alam realitanya, pengetahuan dan praktik itu masih dilestarikan hingga saat ini, hanya saja mereka BELUM membuktikannya pada laboratorium akademik hingga berbentuk buku, riset, dan jurnal ilmiah. Kendati demikian, alasan ini tidak dapat kita jadikan sebagai boomerang untuk menyerang mereka dengan mengatakan apa yang mereka lakukan dan percayai itu sebagai sesuatu yang salah, jelek, tidak baik, dan lain Dicky juga menganalisa, bahwasanya pengetahuan adat peninggalan leluhur kita ini semakin lemah karena banyak faktor, seperti stigma dari agama resmi yang diakui Negara yang kerap memberikan labelling syirik dan klenik, sehingga relasi manusia dengan alam memiliki jarak; hutan yang telah diambil alih oleh Negara; batu-batu yang telah ditambang; sumber daya alam dan ruang hidup yang telah dirampas untuk pembangunan, investasi, dan lain-lain, sehingga tidak ada lagi yang mampu membaca tanda-tanda yang diberikan oleh tersebut kemudian hilang, khususnya pada generasi muda yang telah masuk pendidikan formal dan tidak lagi mengakses ruang pendidikan antara marga-marga masyarakat Mollo, terdapat marga Fallo dan Naben yang otes, atau sapaan marga mereka adalah Faol Ulan. Ulan artinya hujan. Ketika dua marga ini melaksanakan pesta pernikahan atau acara kematian, mereka akan menyembelih babi ataupun sapi, dan ini akan menurunkan hujan, walaupun di tengah musim kemarau hal tersebut masih sering terjadi di sana, demikianlah kesaksian Kak Dicky. Akan tetapi, fenomena ini tidak pernah dilihat dari sisi syirik ataupun klenik, melainkan dilihat sebagai identitas nama mereka, leluhur dan alam semesta sebagai satu kesatuan yang saling suatu keresahan tersendiri, bagi Kak Dicky, keberadaan media yang meliput aksi pawang hujan dan menjadikannya sebagai berita yang viral justru menjadikan praktik tersebut menjadi bahan lelucon dan melemahkan posisi, nilai serta praktik masyarakat adat, juga pengetahuan adat yang ada di masyarakat kita. Sampai di sini, masihkah ada yang beranggapan bahwa hal ini merupakan sebuah lelucon?Jika kita mengamati kembali budaya-budaya yang paling dekat dengan kita, praktik pawang hujan sesungguhnya telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kita, tidak hanya di Mollo, pada masyarakat Jawa pun praktik ini masih dilakukan, bahkan oleh para kiai yang dikenal salih dan hanya dalam acara perkawinan ataupun kematian, acara-acara kecil sekalipun guna kelancaran prosesi hajat, para pengisi acara kerap memanggil ruh-ruh para guru-guru yang terhubung hingga Rasulullah Saw. dengan melakukan Tawasul dengan sangat khidmat. Apakah para kiai ini melakukan kemusyrikan? Mari kita melihatnya sekilas dengan kaca mata teologi!Sejatinya, yang dilakukan oleh para pawang hujan, apapun gelar dan keyakinannya, adalah hal yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang beriman, yakni orang-orang yang mempercayai bahwa ada kekuatan di luar kekuatan manusia yang berkuasa untuk melakukan segala sesuatu, yakni kekuatan orang-orang beriman berkomunikasi dengan Tuhannya tentu berbeda-beda, ada yang dengan memejamkan matanya dan bersila, ada yang dengan bersujud dan mengadahkan tangan, ada yang dengan memutar-mutar altar, dan masih banyak lagi, tergantung bagaimana cara Tuhan hadir pada diri leluhur masyarakat Indonesia, kepercayaan yang disebut dengan istilah animisme dan dinamisme sejatinya telah mengenal ketauhidan, namun dengan cara penghambaan yang berbeda, sehingga tidak tepat jika ada yang mengatakan bahwa praktik warisan leluhur adalah klenik dan musyrik, karena yang mereka lakukan sesungguhnya merupakan bagian dari cara mereka berkomunikasi dengan Sang Esa. Ya, mereka telah memiliki pengetahuan yang tinggi tentang penciptaan, yakni pengetahuan bahwa Tuhan itu mengatakan praktik ini adalah bagian dari praktik primitif yang tidak dapat dibuktikan secara akal dan sia-sia, maka hal tersebut sesungguhnya dapat dijelaskan pula dengan pembuktian akal. Kita gunakan ilmu filsafat saja contohnya, saya ingin mengutip temuan laboratorium akal milik ahli filsafat, Prof. Ahmad Tafsir, Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu. Di sana beliau menjelaskan, bahwa pengetahuan itu ada tiga pengetahuan sains pengetahuan rasional empiris, dapat diterima akal dan dibuktikan secara nyata; pengetahuan filsafat pengetahuan yang diperoleh dari proses berfikir; dan pengetahuan mistik pengetahuan yang tidak rasional, pengetahuan tentang Tuhan yang diperoleh melalui meditasi atau latihan spiritual, yang bebas dari ketergantungan pada indera dan rasio.Saat seorang Profesor yang ahli di bidangnya telah memberikan klasifikasi demikian, masih adakah yang menganggap praktik pawang hujan ini sebagai sesuatu laku primitif? Tidak dapat dibuktikan? Bertentangan dengan ajaran ketuhanan?Sesungguhnya, apabila kita mau membaca pada literatur-literatur Islam, pekerjaan pawang hujan ini bahkan tidak hanya dilakukan secara individu, melainkan berjamaah. Sebagaimana artinya, yang dimaksud pawang hujan adalah panggilan bagi mereka yang dipercaya memiliki kekuatan untuk dapat mengendalikan’ hujan dan cuaca, bukankah saat melakukan salat Istisqa juga yang kita lakukan adalah sama?Yakni sama-sama berikhtiar yang ditujukan kepada Sang Pengendali Hujan dan cuaca, agar dapat menurunkan hujan sesuai kebutuhan mereka yang sinilah sikap toleransi kita dipertanyakan, sudah sejauh manakah itu terpatri dalam hati? Siapapun bebas berpendapat, dan boleh-boleh saja, yang tidak boleh adalah memaksakan pendapatnya kepada orang lain dan menghakimi yang berbeda bahwa yang mereka yakini merupakan hal yang salah, dan hanya pemahamannya-lah yang paling benar. Karena kebenaran dalam tataran manusia adalah kebenaran yang relatif, dan kebenaran yang sesungguhnya hanyalah milik-Nya. []
Praktekpawang hujan itu harus dikritisi karena bisa baik, bisa juga tidak. 4.5.Kelima, Christ the transformer of culture. Semua budaya di luar kekristenan bisa bagus, bisa juga buruk. Budaya tersebut harus dibaharui oleh Kristus agar bisa memuliakan namaNya. Praktek dan metode pawang hujan itu OK sejauh ia memuliakan Tuhan. 5.Penutup.
Pawang hujan menjadi fenomena yang diperbincangkan beberapa hari belakangan ini. Kehadirannya menjadi perhatian masyarakat yang tak lagi dalam lingkup nasional, namun juga Internasional. Kehadiran pawang hujan ini menjadi perbincangan yang hangat lantaran MotoGp di Mandalika, Nusa Tenggara Barat pada Minggu 20 Maret 2022 yang berkelas Internasional menggunakan jasa seorang pawang hujan bernama Rara Istiati atau Mbak Rara. Kearifan lokal ini menjadi hiburan dan daya tarik tersendiri di MotoGp Mandalika. Pawang hujan merupakan sebutan bagi seseorang yang dipercaya memiliki ilmu gaib dan dapat mengendalikan suaca, sepeerti hujan. Biasanya, pawang hujan kerap digunakan ketika menyelenggarakan sebuah acara hajatan terutama jika diselenggarakan di luar ruangan. Pawang hujan bertugas untuk mengendalikan agar hujan tidak turun. Pawang hujan dianggap memiliki sebuah kekuatan supranatusal yang bisa didapatkan secara turun temurun atau dengan usaha sendiri. Menurut US Forest Service, sejak jaman pra industri banyak klen, sekte, dan suku yang menggunakan tanaman untuk spiritual dan/atau obat. Bagi banyak budaya suku, tanaman ini dianggap suci dan memiliki kekuatan supranatural yang bersemayam pada jaringan tanaman tersebut sebagai hadiah ilahi bagi manusia di bumi. Ritual ini biasanya dilakukan oleh pemimpin suku, pemuka agama, atau tokoh spiritual di komunitas tersebut. Iklan Di Indonesia, pawang hujan menjadi tradisi yang terkenal dibeberapa daerah dan berbeda-beda. Ritual ini menyesuaikan dengan tradisi daerah masing-masing. Beberapa suku yang terkenal dengan pawang hujan adalah Jawa, Betaw, dan Bali. Dalam masyarakat jawa lebih mempercayai pawang hujan berdasarkan primbon. Primbon ini menjadi petunjuk untuk menemukan berbagai cara atau tradisi untuk mengendalikan hujan. Selain itu, kepercayaan seperti melemparkan celana dalam atau tusukan cabai bawang ke atas genteng rumah dapat menolak datangnya hujan. Sedangkan dalam kebudayaan Betawi dipercayai berasal dari cerita rakyat mengenai dewa-dewi yang dikenal dengan sebutan nenek dan aki bangkot. Dalam cerita ini, nenek dan aki bangkot pernah mengajari manusia untuk mengenali tanda-tanda alam dan memperkenalkan ilmu gaib. Berdasarkan cerita tersebut, masyarakat Betawi mempercayai asal-usul pawang hujan. Kemudian, masyarakat Betawi juga menyebut pawang hujan dengan sebutan dukun pangkeng. Ritual pawang hujan pada masyarakat Bali dikenal dengan sebutan Nerang Hujan yang biasanya dilakukan sebelum acara besar dimulai. Bali terkenal dengan ritual adat dan sesajen yang kenal, tak terkecuali dengan ritual pawang hujan. Nerang Hujan juga menggunakan sajen yang dibacakan mantra-mantra untuk meminta kepada dewa menghentikan hujan atau mendatangkan hujan. Ritual ini dilakukan oleh orang yang dipercayai dapat mengendalikan hujan. Tidak hanya di Indonesia, pawang hujan juga menjadi budaya di beberapa negara, antara lain Afrika Selatan Afrika Selatan mejadi salah satu negara yang memiliki keunikan budaya yang masih kental. Suku Pedi di Afrika Selatan memiliki pawang hujan yang disebut “Moroka”. Ritual ini bisanya menggunakan uang atau benda yangakan dipersembahkan untuk Moroka agar bisa mengendalika hujan. Jepang Masyarakat Jepang menggunakan objek boneka untuk melakukan ritual menangkal hujan yang disebut “Teru Teru Bozu”. Boneka ini dibuat dari kain atau tisu berwarna putih lalu diikat dengan tali dan digantungkan pada jendela atau atap rumah. Thailand Di Thailand, ritual pawang hujan tidak jauh beda dengan yang dilakukan oleh masyarakat Jawa dengan tusukan cabai dan bawang. Namun ritual ini sedikit berbeda lantaran ditancapkan ke tanah dan juga menancapkan serai dengan posisi terbalik. Ritual ini harus dilakukan pada tanah miliki seorang gadis yang masih perawan. Jaman modern saat ini, kehadiran pawang hujan tidak banyak diperbincangkan oleh banyak masyarakat. Namun, ritual pawang hujan masih menjadi kebudayaan yang sangat melekat terutama jika sedang menyelenggarakan acara adat atau acara-acara besar yang akan diselenggarakan di luar ruangan. Hal ini masih dianggap sebagai salah satu usaha atau ikhtiar demi kelancaraan acara. Kepercayaan ritual pawang hujan yang dijalankan juga disesuaikan dengan masing-masing latar belakang dan budaya daerah tersebut. Ikuti tulisan menarik Sarah Nur Humairoh lainnya di sini. TERASGORONTALO - Baru baru ini jagad maya dihebohkan dengan aksi seorang wanita yang menjadi pawang hujan dalam pertandingan MotoGP di Mandalika. Seorang pawang hujan dalam pertandingan MotoGP tersebut bukan hanya menarik perhatian dari masyarakat lokal, namun masyarakat internasional.. Sosok pawang hujan tersebut muncul saat hujan turun di sirkuit Mandalika sebelum balapan MotoGP Indonesia
MAKNA SIMBOLIK RITUAL PAWANG HUJAN PADA MASYARAKAT KARO Studi Kasus Kelurahan Tanjung Langkat, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi Sosial Oleh ISMI DARA HASIBUAN 160905003 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021 Universitas Sumatera Utara
. 135 456 296 442 230 203 48 169

pawang hujan menurut kristen