Lanjutke Waduk Jatiluhur, maksud hati nenda tapi gagal karena kemalaman dan sudah tak ada petugas yang berjaga. Jam 10 kami bersiap keluar dari pulau. Kembali sewa angkot, kali ini ke Stasiun Krenceng, kalau naik dari Stasiun Cilegon pasti sudah ramai sekali. Kami pulang naik kereta lokal Patas Merak-Angke, cuma 8 rb dan gratis sauna

Nov 2022 • KeluargaTiket masuk Rp per orang hanya bisa untuk putar - putar di jalanannya aja, kalau mau lihat waduknya kita harus bayar lagi Rp per orang, buat saya tidak sesuai jadinya cukup mahalDitulis pada 6 November 2022Ulasan ini adalah opini subjektif dari anggota Tripadvisor, bukan dari Tripadvisor LLC. Tripadvisor melakukan pemeriksaan terhadap 2020 • KeluargaBaru baru ini saya ke Jatiluhur karena banyak spot spot baru. Dan benar, oleh pemerintah sudah diperbaiki sehingga makin nyaman berwisata kesiniDitulis pada 12 Oktober 2020Ulasan ini adalah opini subjektif dari anggota Tripadvisor, bukan dari Tripadvisor LLC. Tripadvisor melakukan pemeriksaan terhadap 2019pernah mengunjungi ini dengan motor untuk wisata sejarah pembangunan nya. pemandangannya keren pada 28 Desember 2019Ulasan ini adalah opini subjektif dari anggota Tripadvisor, bukan dari Tripadvisor LLC. Tripadvisor melakukan pemeriksaan terhadap 2018 • TemanSudah beberapa kali saya mengunjungi Waduk ini khususnya pada bagian pembangkit listrik turbine.Kali saya sengaja mengambil sisi yang lain dari waduk tersebut yang berada di ujung, dan ternyata menyajikan pemandangan yang tak kalah makan dan minum cukup banyak tersedia di sini, dan terdapat beberapa fasilitas menginap yang lumayan bersih walau tidak area disini dijadikan lokasi camping dan terdapat fasilitas wc atau kamar mandi umum yang dapat dipakai yang hobi mancing bisa menyewa sampan dan mencari spot rekomendasi ini sebetulnya perlintasan dari jalur alternatif Jonggol ke Purwakarta via saya tetap hati hati karena pada beberapa bagian jalan sebelum sampai ke waduk cukup banyak jalan rusak. Tetapi dari Waduk sampai Purwakarta jalan cukup baik dan ber camping di Waduk Jatiluhur...Ditulis pada 27 Mei 2019Ulasan ini adalah opini subjektif dari anggota Tripadvisor, bukan dari Tripadvisor LLC. Tripadvisor melakukan pemeriksaan terhadap 2019 • SendiriDalam kunjungan dinas tanggal 2 - 3 Mei 2019 di Kabupaten purwakarta. Setelah acara pertemuan dengan rekan bisnis menyempatkan diri melakukan perjalanan singkat ke Waduk Jatiluhur dengan harapan dapat foto - foto bagus disana, alangkah kecewa ketika sampai disana. Setelah melewati gerbang tiket yg harus dibayar sebesar 30 ribu sampai di lokasi tujuan Waduk tersebut di penuhi tumbuhan air eceng gondok, perahu nelayan terjebak eceng gondok, air waduk dan suasana waduk tidak dapat di depannya perlu perhatian khusus dinas terkait. Sehingga objek wisata ini nantinya tetap dapat di nikmati oleh masyarakat yang datang berkunjungSaya tidak dapat menampilkan fotonya karena kecewa pada 7 Mei 2019Ulasan ini adalah opini subjektif dari anggota Tripadvisor, bukan dari Tripadvisor LLC. Tripadvisor melakukan pemeriksaan terhadap 2019 • PasanganMengunjungi Jatiluhur bersama istri tapi tidak terlalu lama dan hanya melihat-lihat saja, makan dan sekedar cukup bagus namun sepertinya kebersihan perlu lebih diperhatikan serta cukup banyak tumbuhan eceng gondok yang agak sedikit mengurangi indahnya pada 12 Maret 2019Ulasan ini adalah opini subjektif dari anggota Tripadvisor, bukan dari Tripadvisor LLC. Tripadvisor melakukan pemeriksaan terhadap 2018 • KeluargaTepatnya ke Istora Jatiluhur saya berkunjung. Tiket Masuk kawasan Jatiluhur per orang, sedangkan untuk mobil dikenakan bea masuk Masuk kawasan Istora Resort Jatiluhur kena bea masuk lagi per banyak memiliki spot foto yang indah dan istagramable jadi Anda bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berfoto saja. Ada juga fasilitas bermain pada 6 Januari 2019Ulasan ini adalah opini subjektif dari anggota Tripadvisor, bukan dari Tripadvisor LLC. Tripadvisor melakukan pemeriksaan terhadap Indonesia8 kontribusiOkt 2018 • KeluargaWaduk jatiluhur kedepan akan menjadi tempat wisata air yang terhebat dan terbesar di asia tenggara. Dan sangat bagus untuk investor membuka lapangan kerja wisatawan baru di sekitar pada 16 Oktober 2018Ulasan ini adalah opini subjektif dari anggota Tripadvisor, bukan dari Tripadvisor LLC. Tripadvisor melakukan pemeriksaan terhadap 2018 • TemanWaduk ini lokasinya sangat luas, tempatnya sangat asri dan tenang dengan latar belakang pepohonan yang rindang. Namun dibeberapa titik kita masih bisa menemukan tempat tempat yang agak sedikit kotor. Jadi mungkin dibutuhkan petugas kebersihan yang sigap. Waduk ini juga dikelilingi pemandangan gunung parang yang menjulang tinggi. Maka tidak heran jika banyak wisatawan yang memilih untuk berkemah disekitar waduk karena lokasinya yang pada 3 Oktober 2018Ulasan ini adalah opini subjektif dari anggota Tripadvisor, bukan dari Tripadvisor LLC. Tripadvisor melakukan pemeriksaan terhadap 2018 • KeluargaSeperti tidak dirawat, banyak plastik2 sampah. Masuk ke sini bayar 15rb per orang, anak2 free. Mobil parkir ga bisa ke daerah lain karena sedang dipergunakan untuk pada 16 September 2018Ulasan ini adalah opini subjektif dari anggota Tripadvisor, bukan dari Tripadvisor LLC. Tripadvisor melakukan pemeriksaan terhadap 1-10 dari 85 hasil

Cukupdengan 2 jam perjalanan dari Kota Bandung menggunakan motor atau menyewa mobil angkutan seharga Rp250.000,00 dari Stasiun Purwakarta. Jalanan menuju tempat ini juga sudah beraspal dan cukup bagus untuk dilalui, walaupun masih sempit untuk dilalui mobil. Setelah itu, kamu bisa menikmati pemandangan Waduk Jatiluhur dan Tebing Parang di

Purwakarta - Gunung Lembu di Purwakarta menarik untuk didaki traveler. Gunung ini punya makam keramat dan juga pemandangan indah Waduk Jatiluhur dari atas Lembu mungkin tak masuk daftar gunung favorit di kalangan pendaki. Namanya pun bisa jadi tak banyak yang familiar di telinga. Kendati begitu, gunung yang terletak di Kabupaten Purwakarta menawarkan spot terbaik menikmati Jatiluhur dari atas ketinggian, persis di tepi pendaki pemula, tak perlu khawatir, karena gunung dengan tinggi 792 mdpl ini memiliki trek yang cukup ramah, bahkan bagi orang yang belum pernah mendaki sekalipun. Lantaran rute pendakiannya yang pendek, banyak pula warung makan berjejeran dari pintu masuk hingga ke puncak Gunung Lembu. Ini memudahkan bagi pendaki yang tak mau direpotkan dengan urusan ciamik dari batu besar yang dinamai Batu Lembu tak jauh dari titik puncaknya, jadi alasan pertama tempat ini wajib dijajal. Batu besar ini terletak persis di bibir tebing jurang yang langsung menghadap ke tengah waduk, membuat mata bisa memandang jauh landskap pemandangan Idris/detikTravel Foto undefinedPemandangan semakin sempurna dengan latar Gunung Parang yang menjulang gagah di belakangnya. Mata semakin dimanjakan dengan pemandangan Kota Purwakarta di pendakian Gunung Lembu tergolong pendek dengan 3 pos yang bisa dilahap dalam waktu sekitar 3 jam bagi pendaki pemula. Trek awal dari mulai pintu masuk hingga pos pertama didominasi hutan bambu dengan kontur jalan tanah berbatu. Sepanjang hingga pos pertama, banyak sekali nyamuk yang mengganggu pendaki, sehingga tak disarankan berlama-lama warga sekitar, tanjakan terjal dibuat berundak di beberapa titik untuk memudahkan pendaki. Perjalanan dari pos pertama hingga pos kedua bisa dibilang sudah membuat keringat bercucuran, dengan vegetasi didominasi pohon dengan kerapatan sedang khas hutan dataran rendah. Hingga ke pos 2, banyak ditemui tanah lapang yang berdiri warung makan sebagai tempat melepas Muhammad Idris/detikTravelMeski warung-warung tersebut berada di atas gunung, harganya relatif masih terjangkau yang selisih harganya tak jauh berbeda dengan harga dengan warung di bawah, sehingga tak bakal menguras pos pertama menuju pos ketiga yang jadi puncak Gunung Lembu, barulah trek berat khas pendakian mulai terasa. Batu andesit terjal cukup menyiksa lutut sehingga harus beberapa kali berpegangan pada bambu dan tali memiliki karakter berbatu dengan kemiringan yang curam. Pendaki akan mulai menemui trek sempit dengan jurang di kiri kanannya trek. Kabar baiknya, banyak sekali batu-batu ukuran raksasa yang tersebar di sepanjang jalur yang bisa dijadikan spot terbaik melihat Jatiluhur dari menarik di etape ini, terdapat dua makam yang dikeramatkan yang kerapkali diziarahi pada hari-hari tertentu. Makam Mbah Jongrang Kalipitung jadi tempat keramat pertama yang menyambut di jalur menuju puncak. Sementara tempat keramat kedua yakni makan Raden Suryakencana yang berada di pinggir tebing sebelum mencapai puncak bayangan. Berkemah semalam Idris/detikTravel Foto undefinedKesan angker sangat terasa di kedua makam tersebut. Batu nisan yang dibungkus kain putih lapuk berlumut tampak seperti pocong dari kejauhan, mambuat bulu kuduk merinding. Suasananya gelap lantaran terdapat pohon tua berusia ratusan tahun di samping makam menambah kesan angker. Banyak cerita mistis yang beredar di masyarakat tentang keberadaan kedua daripada harap-harap cemas dengan suasana angker, akan lebih baik mempercepat langkah melewati dua tempat keramat setelah bermandi keringat selama sekitar 3 jam, pendaki bisa mencapai puncak yang ditandai dengan papan yang ditempel di pohon. Ada beberapa titik tanah lapang yang bisa dijadikan tempat berkemah di sekitar puncak. Bukan puncak yang jadi favorit pendaki, melainkan Batu Lembu yang masih harus dicapai dengan menuruni trek berbatu sekitar 100 meter dari makam keramat Idris/detikTravel Foto undefinedPenamaan Lembu sendiri lantaran gunung ini akan tampak seperti sapi yang sedang duduk dari kejauhan. Letak Batu Lembu seperti berada di punuk sapi atau punggung sapi yang paling menjulang, sehingga membuatnya jadi lokasi terbaik menikmati panorama Jatiluhur, terutama saat terbit dan terbenamnya matahari. Sementara puncak Gunung Lembu hanya berupa tanah lapang sempit yang hanya cukup untuk mendirikan beberapa perlu diperhatikan, puncak Lembu merupakan habitat dari banyak monyet liar. Pendaki kudu-kudu waspada terhadap barang bawaannya. Lengah sedikit, tas atau bungkus makanan bisa dibawa kabur monyet-monyet ini. Dari kelompok monyet di puncak Lembu, ada sejumlah monyet yang memiliki ukuran tubuh cukup besar sehingga sanggup membawa kabur tas yang berat detikTravel menjajal Gunung Lembu pada pekan lalu, cuaca sedang kurang bersahabat lantaran terus menerus hujan, sehingga pemandangan Waduk Jatilur dari atas Batu Lembu sedikit tertutup ke sanaGunung Lembu berada di Kampung Panunggal, Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani. Tak ada angkutan umum yang langsung menuju ke sana, sehingga jika tak membawa kendaraan pribadi disarankan mencarter mobil atau angkot. Bagi pengguna transportasi umum, titik terdekat yang bisa dijangkau yakni Pasar Anyar Sukatani yang berjarak sekitar 30 menit dari Stasiun jika menggunakan mobil, pendaki bisa mencari jalan ke arah Stasiun Sukatani atau Pasar Anyar selepas dari Gerbang Tol Jatiluhur. Setelah melewati rel kereta api, mobil atau motor tinggal diarahkan menyusuri jalan beraspal ke arah Lembu dikelola secara swadaya secara bersama-sama oleh masyarakat Desa Panyindangan. Biaya pendaftaran sendiri dikenakan Rp untuk satu orang pendaki yang bermalam atau mendirikan tenda, dan Rp untuk pendaki yang tidak menginap. wsw/aff
Bagisebagian orang, kota Purwakarta mungkin cuma dikenal lewat waduk Jatiluhur nya yang luar biasa luas.. Mereka datang dari luar kota untuk melihat sendiri seberapa besar luar waduk tersebut.. Tapi, ada tempat baru untuk menikmati luasnya waduk Jatiluhur, yakni dari atas puncak sebuah gunung.. Tambahkan sebuah sunrise/sunset di dalamnya, Informasi sekilas tentang bendungan atau waduk Jatiluhur adalah sebenarnya waduk ini bernama waduk Ir. H. Juanda yang punya luas sekitar 8,3 ha. Jadi gak heran kalo bendungan ini diklaim sebagai bendungan atau waduk terbesar di Indonesia. Pengerjaannya pun memakan waktu kurang lebih 10 tahun sejak 1957 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto tahun sebagai pembangkit listrik tenaga air, waduk yang terletak 9 km dari pusat kabupaten Purwakarta ini juga berfungsi sebagai pengendali banjir di wilayah Karawang, budidaya perikanan, penyedia air untuk sarana irigasi, dan untuk sarana olahraga air dan kamu berminat untuk liburan ke sini? Berikut adalah rute dan tips liburan ke Waduk Gunakan KA Tanjung Priok - PurwakartaRegina Amalia/IDNTimesUntuk sampai ke sini dari Jakarta, kamu bisa naik kereta. Pilihlah KA Walahar Ekspres Tanjung Priok - Purwakarta yang merupakan KA lokal. Untuk harga tiketnya Pilihlah tempat duduk yang nyamanUnsplash/CharlotteKarena ini merupakan kereta api lokal, jadi kamu harus pandai-pandai memilih tempat duduk. Kereta ini akan banyak melakukan pemberhentian di berbagai stasiun. Bahkan jika di jam-jam pulang kantor, kereta akan penuh dan ada yang berdiri atau tidak mendapatkan tempat duduk. Jadi, pilihlah tempat duduk yang nyaman Kemudian, naiklah angkot tujuan Dari stasiun Purwakarta kamu harus naik angkot 04 tujuan Ciganea. Setelah naik, jangan lupa untuk berhenti di pertigaan sebelum pertigaan Ciganea. Ongkos angkot ini dikenakan Baca Juga Ini 3 Fakta Unik tentang Simping, Penganan Khas Purwakarta 4. Lanjutkan perjalanan dengan angkot JatiluhurRegina Amalia/IDNTimesSesampai di pertigaan sebelum terminal, kamu harus menyambung angkot no. 11 menuju Waduk Jatiluhur. Di perjalanan ini kamu akan menemukan banyaknya tikungan dan tanjakan, namun tidak usah khawatir karena angkot-angkot ini sudah terbiasa melintasi jalur kawasan Waduk Jatiluhur kamu tidak akan dikenakan biaya sama sekali jika datang bersama angkot. Kamu bisa turun tepat di lokasi Waduk. Tarif angkot - per orang. Jika berkenan, berilah tip kepada sopir Pilihlah spot yang Memasuki kawasan wisata waduk jatiluhur, kamu akan disuguhi dengan pemandangan yang indah. Pepohonan yang hijau dan hamparan rerumputan langsung menyambutmu. Sepoi-sepoi angin juga membuat betah berlama-lama di pinggir waduk terdapat banyak perahu yang dapat kamu sewa jika ingin mengelilingi Kuliner di sekitar Tepat berseberangan dengan waduk, ada banyak sekali warung-warung yang menjajakan makanannya. Karena Purwakarta memiliki kuliner khas sate maranggi, tidak ada salahnya jika kamu mencicipinya di sini. Rata-rata harga makanan di sini sekitar per itu dia tips wisata murah ke waduk Jatiluhur yang terletak di Purwakarta. Apakah kamu tertarik untuk berkunjung ke sini? Baca Juga 10 Wisata Waduk Terindah di Indonesia yang Keren Abis, ke Sini Yuk! IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. WadukJatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta).Bendungan Jatiluhur adalah bendungan terbesar di Indonesia. Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha, dengan potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3/tahun dan
- Waduk Jatiluhur terletak di 9 km dari Kota Purwakarta. Waduk Jatiluhur dibangun dengan membendung Sungai Citarum dengan luas daerah aliran sungai, yaitu km mulai dibangun pada 1957 dengan peletakkan batu pertama oleh Presiden Soekarno dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 26 Agustus 1967. Pembangunan Waduk Jatiluhur menelan biaya US$ 230 juta. Nama bendungan waduk dinamakan Ir. H. Juanda dikarekan perjuangan beliau dalam pembiayaan pelaksana konstruksi Bendungan Jatiluhur. Saat itu, Ir Juanda merupakan Perdana Menteri terakhir dan memimpin Kabinet Karya 1957-1959 bersama-sama dengan Ir. Sedijatmo dengan gigih memeperjuangkan terwujudnya proyek Jatiluhur di Pemerintah Indonesia dan forum Internasional. Pembangunan Waduk Jatiluhur menenggelamkan 14 desa dengan jumlah penduduk orang. Baca juga Pembudidaya Ikan Terjebak Eceng Gondok di Waduk Jatiluhur, Hasil Panen Tak Bisa Dijual Akibatnya, penduduk itu pindah ke daerah sekitar bandungan dan sebagian pindah ke Kabupaten Karawang. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani. Waduk Jatiluhur berfungsi dalam penyediaan air irigasi dan PLTA yang setiap tahunnya dikelola oleh Perum Jasa Tirta Waduk Jatiluhur ini terpasang 6 turbin dengan daya 187 MW dengan produksi listrik sekitar kwh setiap harinya. Selain itu, Waduk Jatiluhur mengairi irigasi dengan luas ha, serta difungsikan juga untuk penyediaan air baku, budidaya, dan penanggulangan banjir. Waduk Jatiluhur sebagai Obyek Wisata Waduk pertama di Indonesia ini memiliki panorama danau dengan luas ha. waduk ini memiliki berbagai fasilitas rekreasi, seperti hotel dan bungalow, bar dan restoran, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang, ruang pertemuan, sarana rekreasi serta olahraga air, playground, dan fasilitas lainnya. Baca juga Ridwan Kamil Akan Bangun Masjid dan Hotel Terapung di Waduk Jatiluhur Di Waduk Jatiluhur juga terdapat budidaya ikan keramba jaring apung yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau malam, pengunjung dapat menikmati keheningan sambil memancing ikan dan menikmati ikan bakar. Di kawasan ini, pengunjung juga dapat melihat Stasiun Satelit Bumi yang dikelola PT Indosat sebagai alat komunikasi Internasional. Jenis layanan yang disediakan, antara lain international toll free service ITFS, Indosat Calling Card ICC, International direct, dan lainnya. Letak Stasiun Satelit Bumi berada 7 km dari Kota Purwakarta. Tarif masuk Waduk Jatiluhur Rp per orang, tarif parkir Rp untuk sepeda motor, dan Rp untuk mobil. Tarif sewa perahu keliling adalah Rp per putaran. Anggara Wikan Prasetya Sumber dan Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
DijualTanah Pinggir Jalan Raya + Rumah & Kantor di Jatiluhur Purwakarta Kota. Jatiluhur, Purwakarta. Pinggir jalan raya dilalui angkot Lebar muka 30 meter, Dekat ke gerbang tol Ciganea Jatiluhur Luas Rumah 2 lantai sekitar 400 m2 Kantor 2 Lantai luas sekitar 300 m2 Terdapat kebun produktif seperti mangga dan rambutan.
Situ Buleud Taman Sri Baduga, ikon dan landmark populer Purwakarta Buat sebagian orang, tinggal di Bandung itu nampak menyenangkan. Namun untuk seorang pemuda lajang yang udah 10 tahun lebih tinggal di kota ini, Bandung itu membosankan. Nggak banyak perubahan signifikan dari segi infrastruktur. Maka pada suatu weekend, demi membunuh rasa bosan itu, gue memutuskan untuk melakukan short escape ke kota sebelah, Purwakarta. Meski cuma sehari di Purwakarta, tapi gue udah bisa mampir ke Waduk Jatiluhur dan nonton air mancur di Situ Buleud Taman Sri Baduga. Bandung memang punya banyak tempat wisata, tapi konsepnya itu-itu aja. Hutan pinus lagi. Leisure park lagi. Gue juga nggak tertarik dengan tempat wisata yang kegiatannya cuma bisa foto-foto doang, berbayar pulak, tanpa ada yang bisa dipelajari atau diamati. Sebenernya gue suka dengan kawasan Balai Kota, Jalan Braga, Jalan Asia Afrika, dan sekitarnya. Sayangnya ada 1 hal lagi yang gue keluhkan MACEEETTT! Gue nggak suka banget berkendara dalam kemacetan, meski itu dengan sepeda motor. Frustrating! Sementara nggak ada angkutan umum di Bandung yang bisa diandalkan. Makanya, gue lebih memilih jalan-jalan ke luar kota atau luar negeri sekalian, hehe. Dari Bandung ke Purwakarta Naik Travel atau Kereta? Pagi-pagi itu, gue sudah tiba di pintu selatan Stasiun Bandung yang untuk mengaksesnya harus melalui jalanan yang berlubang, bergeronjal, dan becek. Padahal ada di tengah kota. Gue udah antusias untuk naik kereta pagi ke Purwakarta, sampai petugas yang berjaga di loket berkata, “Baru dibuka nanti jam 930.” “Jam 930? Bukannya ada kereta pagi ya?” tanya gue. Gue sudah memastikan, bahwa di papan informasi yang ada di stasiun, ada keberangkatan kereta pagi ke Purwakarta. Entah karena ada perubahan jadwal atau gimana, kereta pagi ke Purwakarta itu udah nggak ada. Gue segera mengirimkan pesan kepada Sanny tentang apa yang terjadi. Dengan cepat, kami memutuskan untuk berubah haluan ke mobil travel. “Udah tanggung,” ujar Sanny di kotak pesan Whatsapp. Ada 2 operator travel di Bandung yang melayani rute ke Purwakarta P Trans dan Arnes Shuttle. Pilihan jatuh pada travel kedua karena sudah lebih familiar. Kami memilih berangkat dari pick-up point Bandung Trade Center BTC. Segera setelah tiba di BTC dengan menumpang ojol, ada satu kebingungan lagi yang melanda MALL-NYA MASIH TUTUUUPPP! Padahal loket Arnes Shuttle ada di dekat pintu masuk utama yang masih tutup itu. Gue lalu bertanya sama seseorang yang mana gue lupa siapa, orang itu lalu menunjuk mbak-mbak penjual tiket Arnes Shuttle yang duduk di tangga pintu masuk. Oalah. Akhirnya gue beli tiket ke Purwakarta untuk 2 orang, harga tiket Arnes Shuttle rute Bandung-Purwakarta adalah saja. Memang jauh lebih mahal daripada ongkos naik kereta lokal yang hanya Namun harga itu sepadan dengan kenyamanan dan kecepatan. Bandung – Purwakarta ditempuh dalam 1 jam saja, sementara waktu yang dihabiskan dengan naik kereta adalah 2,5 jam. Nggak lama kemudian, Sanny datang. Baca Juga Berkelana di Bangka Dalam 2 Hari 1 Malam Check Point 1 Waduk Jatiluhur Istora Resort Jatiluhur Mobil Arnes Shuttle merapat di halaman parkir Giant Ekstra sebagai pemberhentian terakhirnya. Lokasinya masih terbilang di kawasan pusat kota Purwakarta. Setelah selesai urusan buang hajat dan per-ATM-an, kami memesan taksi online menuju Waduk Jatiluhur yang berjarak sekitar 11-12 km. Betul, GOJEK dan Grab udah ada di Purwakarta, melengkapi jalur angkot yang masih banyak beroperasi. View Deck, Istora Resort Waduk Jatiluhur Purwakarta Panorama Waduk Jatiluhur dari Istora Resort, Resto & Cafe Puji Tuhan, driver taksol kami adalah pengelola sebuah operator tur lokal bernama POI Travel Purwakarta. Kami yang tadinya bingung mau turun di mananya Waduk Jatiluhur, segera diarahkan ke Istora Resort Jatiluhur. Yang harusnya bayar 2 kali retribusi tiket masuk kawasan Waduk Jatiluhur dan tiket masuk Istora Resort jadi gratis sama sekali. Abang driver udah akrab dengan para petugas di sana, sehingga dia cukup bilang, “Bawa tamu, Pak.” Habis perkara! Padahal, harusnya kami menghabiskan biaya lho. Hatur nuhun, kang driver. Hatur nuhun, Gustiii. Nanti kalo ada kesempatan lagi ke Purwakarta, gue mau hubungi POI Travel ah. Serius. Harga paketnya murah banget, terus nggak usah mikir mau ke mana-mananya, termasuk mau makan di mana. Paket wisatanya juga lengkap, ada city tour juga ada wisata alam. Foto-foto ala Titanic di Istora Resort Waduk Jatiluhur Purwakarta Gue udah sukaaakkk banget sama Waduk Jatiluhur ini bahkan sejak mobil belum berhenti. Maklum, di Bandung nggak ada perairan sebesar dan sebersih ini. Nggak salah kami diarahkan ke Istora Resort, karena memang di sinilah titik-titik terbaik untuk mengabadikan keindahan Waduk Jatiluhur berada. Waduk kebanggaan warga Purwakarta ini “dijaga” oleh gunung-gunung kecil di sekelilingnya. Tepiannya diselimuti oleh tanaman enceng gondok cmiiw Menurut gue, spot foto terbaik di Istora Resort Jatiluhur ini adalah pada dek yang berbentuk menyerupai kapal, menjorok beberapa meter di atas waduk. Selain itu, di sini juga ada spot dengan tulisan d’Jatiluhur, restoran, rumah pohon yang ternyata view-nya biasa aja, dan spot foto berbentuk hati. Tapi monmaap, karena foto-foto di kamera hape gue nggak sengaja terhapus saat berada di Macau dan ternyata belum di-backup semua di laptop atau Google Drive, ada beberapa spot yang nggak bisa gue tunjukkan di sini. Mendekati siang hari saat cuaca mulai panas dan gerah, kami beranjak meninggalkan Waduk Jatiluhur kembali ke pusat kota. Kali ini kami naik angkot. Kami tinggal jalan kaki sedikit menuju pintu gerbang Istora Resort, lalu menunggu angkot dari pinggir jalan. Baca Juga Itinerary Sehari Mengunjungi 6 Tempat Wisata di Semarang Check Point 2 Makan Siang di Sate Maranggi Maskar Ajiiib Purwakarta Naik angkot di pedesaan itu memang kadang ajaib. Angkot yang kami naiki sesekali berkendara di luar jalur resminya, mengikuti personal customized request dari penumpangnya, memasuki jalanan kecil yang berbatu-batu sampai angkotnya berjalan pelaaannn banget. Gue sih tenang aja. Pada akhirnya, kami sampai juga di tujuan kami, sebuah pertigaan yang menjadi pembatas imajiner antara kawasan pusat kota dan kawasan Jatiluhur. Jadi, untuk menuju Waduk Jatiluhur dari pusat kota Purwakarta dan sebaliknya bisa dicapai dengan angkot, tapi harus 2 kali. Penampakan sate maranggi di warung Maskar Ajiiib Purwakarta Dari pertigaan itu, kami naik taksi online menuju Sate Maranggi Maskar Ajiiib yang beralamat di Jl. Mr. Dr. Kusumahatmaja no. 4. Tempat makan ini juga gue putuskan secara impulsif saat itu juga dengan browsing. Seperti biasa, gue memang nyantai banget saat ngetrip di negara sendiri. Nggak banyak mencari informasi dan nggak menyusun itinerary dengan detil. Walaupun tempatnya sederhana juga nggak ber-AC, tapi yang penting luas dan bersih. Ada tempat duduk biasa dan tempat duduk lesehan yang ada di kedua tepi ruangan. Kami sama-sama memesan seporsi sate maranggi dengan nasi dan teh panas. Rasa dan porsinya oke lah. Harga pastinya lupa berapa, kalau nggak salah di kisaran Baca Juga Bertualang Kuliner di Cirebon, Dari Warung Sampai Cafe Kekinian Check Point 3 Stasiun Kopi Purwakarta Black Coffee, Stasiun Kopi Purwakarta Roti bakar dan kopi hitam panas, Stasiun Kopi Purwakarta Sebenernya sebelum mampir ke Stasiun Kopi ini, kami sempat ke Cikao Park dulu. Namun karena ternyata tempatnya nggak menarik, panas, gersang, kami cuma leyeh-leyeh aja di sana Sanny malah sampai tidur. Jadi, kunjungan ke Cikao Park gue abaikan di tulisan kali ini ya. Stasiun Kopi ini deket banget sama Stasiun Kereta Api Purwakarta, tepatnya di Jl. Singawinata no. 15. Jadi kalau kamu lagi mampir di Purwakarta dengan kereta api dan nggak punya banyak waktu, ngesot aja ke sini. Menunggu pesanan datang di Stasiun Kopi Purwakarta Desain interior cafe Stasiun Kopi Purwakarta Desain interior cafe Stasiun Kopi Purwakarta Desain interior cafe Stasiun Kopi Purwakarta Desain interior cafe Stasiun Kopi Purwakarta Gue suka banget sama tempatnya! Homey, dibalut dengan desain interior yang kaya unsur kayu. Berasa lagi singgah di rumah oma-oma Belanda atau nyonya-nyonya Tionghoa. Kayaknya sih Stasiun Kopi ini memang menempati rumah tua peninggalan Belanda yang disulap jadi café. Area yang kami tempati diisi dengan meja dan kursi-kursi kayu. Ada 3 ruangan lain yang diisi dengan sofa-sofa seperti ruang keluarga, salah satunya dilengkapi dengan meja layang memanjang dan kursi-kursi bar untuk mereka yang datang sendirian. Ada beberapa bahan bacaan yang disediakan. Outdoor seating area juga tersedia. Gue memesan kopi hitam panas dan roti bakar isi cokelat. Harganya lebih murah daripada standar café di Bandung. Tujuan kami ke sini memang mau ngadem dan santai-santai aja, jadi nggak memesan makanan berat. Menu makanan dan minumannya cukup bervariasi kok, ada makanan nusantara dan western. Baca Juga 5 Tempat Wisata di Jogja yang Instagrammable dan Anti-Mainstream Check Point 4 Final Air Mancur Situ Buleud di Taman Sri Baduga Purwakarta Suasana car free night Purwakarta Cosplayer di car free night Purwakarta Pertunjukkan air mancur yang sempat hits beberapa bulan lalu itu ternyata sudah dekat dari Stasiun Kopi dan Stasiun Purwakarta, jadi kami bisa jalan kaki ke sana. Ternyata, jalan di depan Stasiun Kopi itu disulap jadi area pedestrian alias car free night setiap malam minggu. Kami berjalan santai bersama warlok warga lokal, bukan warlok di Warcraft di bawah lampion-lampion yang melayang saling silang di awang-awang. Kami melalui deretan pedagang makanan dan muda-mudi cosplay begitu saja, straight away to the Sri Baduga Park’s Situ Buleud. Hari sudah gelap saat itu, mungkin sekitar jam 7 malam. Ratusan pengunjung sudah duduk memenuhi tribun yang mengelilingi situ. Kami agak susah payah menemukan tempat duduk kosong dengan area pandang yang bagus. Pengunjung sudah memenuhi Situ Buleud Taman Sri Baduga Purwakarta Pertunjukkan air mancur ini gratis, tapi tamannya sendiri nggak dibuka sepanjang waktu. Biasanya, pengunjung udah sibuk mengantre sejak sekitar pukul 1700. Baru kemudian sekitar jam 6 sore, pintu gerbang taman dibuka dan pengunjung masuk berduyun-duyun ke dalam Taman Sri Baduga. Kenapa gue bisa tau? Karena beberapa minggu sebelumnya gue udah ke sini. Udah ikut ngantri, udah duduk ganteng nungguin pertunjukkan air mancur dalam suasana remang-remang, tapi terus gue keluar sebelum pertunjukkan dimulai karena udah keburu pesen travel balik jam 8 malam. Bersama Sanny malam itu, gue akhirnya kesampaian menyaksikan pertunjukkan air mancur Situ Buleud di Taman Sri Baduga. Baca Juga 15 Hal yang Dapat Kamu Lakukan di Palembang Konon, pertunjukkan air mancur Purwakarta ini adalah yang terbesar se-Asia Tenggara. Bener enggaknya gue nggak tau, karena gue cuma pernah nonton pertunjukkan air mancur yang ada di KLCC Park Kuala Lumpur. Kalau dibandingkan sama yang di KL itu, memang air mancur Situ Buleud ini lebih besar. Seharusnya ada 2 kali pertunjukkan, yaitu jam 1900 dan 2000, tapi malam itu pertunjukkan hanya berlangsung sekali jam 1930. Alasannya sih karena ada kendala teknis. Pertunjukkannya berlangsung selama kurang lebih 15 menit, di mana kita menyaksikan air mancur yang menari-nari dalam berbagai rupa dan warna mengikuti irama lagu kebangsaan yang digaungkan. Pertunjukkan air mancur di Situ Buleud Taman Sri Baduga Purwakarta Pertunjukkan air mancur di Situ Buleud Taman Sri Baduga Purwakarta Pertunjukkan air mancur di Situ Buleud Taman Sri Baduga Purwakarta Saat ke sini untuk pertama kalinya, gue mengeluhkan kehadiran lampu sorot karena menurut gue mengganggu pandangan. Ternyata eh ternyata, saat pertunjukkan berlangsung, lampu sorotnya dimatikan. Gue cukup puas, ada beberapa bidikan kamera yang mampu mengabadikan lukisan cahaya malam itu dengan indah. Dari Taman Sri Baduga Purwakarta, kami berjalan menembus hiruk pikuk malam minggu menuju jalan raya untuk menumpang angkot menuju Giant Ekstra. Meski agak tersendat dengan kemacetan, tapi puji Tuhan kami tidak terlambat. Dari Giant Ekstra, kami naik Arnes Shuttle lagi untuk keberangkatan jam 2100 kembali ke Bandung. Sampai jumpa lagi, Purwakarta. Ingin di lain kali, gue bisa singgah satu malam di bawah langitmu agar bisa menyambut kesegaran pagimu di esok harinya. Baca Juga 10 Hal yang Bisa Kamu Lakukan di Pontianak Nah, jadi buat kamu yang berdomisili di Jakarta atau Bandung, Purwakarta bisa jadi jujugan untuk weeked getaway, entah one day trip atau liburan 2 hari. Kalau perlu, kamu bisa kembali ke kota asalmu pada hari Senin subuh. Selain Waduk Jatiluhur, Stasiun Kopi, dan Situ Buleud Taman Sri Baduga, masih ada banyak banget tempat wisata di Purwakarta. Sayangnya, mereka semua berada jauh dari kota, padahal gue juga pengen ke curug sama situ-nya. Jadi kalau kamu mau berkunjung ke tempat-tempat yang jauh dari kota itu, mending bawa mobil atau sewa tur seperti POI Travel Purwakarta. Oke, sampai jumpa pada perjalanan berikutnya. Keep learning by traveling~ Tag air mancur purwakarta, air mancur situ buleud, air mancur taman sri baduga, arnes shuttle, cafe di purwakarta, car free night purwakarta, coffee shop purwakarta, day tour purwakarta, istora resort purwakarta, istora resto cafe purwakarta, jadwal air mancur purwakarta, jalan-jalan di purwakarta, jawa barat, kuliner purwakarta, malam minggu di purwakarta, one day trip purwakarta, open trip purwakarta, paket tour purwakarta, Purwakarta, purwakarta dalam sehari, sate maranggi maskar ajib, sate maranggi purwakarta, sewa mobil purwakarta, situ buleud purwakarta, situ buleud taman sri baduga, stasiun kopi purwakarta, taman sri baduga purwakarta, tempat makan purwakarta, tempat nongkrong purwakarta, tiket masuk waduk jatiluhur purwakarta, travel bandung purwakarta, waduk jatiluhur, wisata di purwakarta
. 183 394 283 167 8 353 261 260

angkot dari stasiun purwakarta ke waduk jatiluhur